#30DaysWritingChallenge Day 17: Someone From Your Childhood

Dulu, sewaktu gue berusia 5 tahun bokap-nyokap masukin gue ke Taman Kanak-Kanak Islam Parkit, yang letaknya ada di Srengseng, daerah Perumahan Qoryah Thoyibah (PQT).  Alasan bonyok gue masukin gue sekolah di situ sih karena letak sekolahnya masuk ke kompleks perumahan, bukan di pinggir jalan raya.  Demi alasan keamanan, katanya.  Gue masuk TK langsung kelas B alias nol besar, nggak pakai masuk nol kecil dulu karena bonyok bisa melihat kebarbaran kepandaian gue dalam beradaptasi dan bergaul (YAEYALAHHHH GUE DARI KECIL UDAH GAUL YA, TOLONG) *disambit pake ayunan*

Selain berkawan dengan bocah-bocah birik imut nan lucu, gue juga punya kenangan dengan guru gue yang paling gue inget, karena memang beliau wali kelas gue waktu itu.  Namanya Ibu Tuti.  Ibu Tuti punya anak namanya Arief, dan itu anak bangkek demen banget cubitin lengan gue. Meskipun bercanda, kan sakit ya cuk dicubit-cubit.  Bangke banget emang.

Sebelum gue emosik karena masa kecil gue udah dicubit-cubit oleh pria yang tidak berprikemanusiaan, mari lanjut.

Bu Tuti ini punya suara empuk yag khas, gue rasa karena beliau rajin mengaji dan melafalkan doa-doa yang kemudian dituangkan ke otak murid-muridnya setiap hari. Secara fisik badannya besar, tinggi.  Entah memang karena saat itu badan gue masih kecil ya, makanya gue liat guru gue kayaknya besar banget. Berwibawa banget, tiap jadi pembina upacara. Beliau yang selalu menenangkan gue dengan kata-katanya dan permainan puzzle yang beliau kasih ke gue dalam rangka mengalihkan perhatian dari bokap gue yang pergi kerja setelah drop gue di sekolah. Iya, dulu gue hobby nangis kalau habis diantar bokap, terus bokap balik dan nggak nungguin gue sampai kelar sekolah.  Ya kalo nungguin gue sekolah, bokap kerjanya gemanaaaah ya boook.  Gue anak bokap banget emang. :''')) *peluk papah gamau lepas* *cariin mantu buat papah* *eh*

Gue dulu adalah anak yang FAMOUS agak cukup dikenal karena prestasinya (PAS DI TK LOH YAAA, PAS MASIK KECIL LOH YAAA, PAS UDAH GEDE MAH BLANGSAK AJE BODOAMAT) Bu Tuti kenal sama kedua orang tua gue.  Tau nyokap gue, tinggal di mana, kerja di mana, pokoknya tidak ada dusta diantara kita lah.  

Waktu berjalan, gue SD, SMP, SMA, Kuliah, hingga suati hari di tahun 2013 gue main ke TK gue, TK Parkit, anterin si Hachi yang mau main perosotan.

Gue masuk, dan TK gue udah berubah. Nggak seluas dulu, karena ada rumah yang dibangun di sampingnya.  Nggak ada kantin burjo nya lagi.  Nggak ada perosotan yang pada tahun 1995 pernah bikin kepala temen gue bocor lagi.

Gue masuk, ke belakang.  Ngebiarin si Hachi main segala macem mainan yang tersisa.  Mainan-mainannya masih sama seperti dulu, nggak ada yang berubah posisinya, cuma beda cat nya aja.  TK gue..... terlihat sangat kecil, dan sempit.  Gue rasa karena badan gue yang makin besar, sih.  Gue duduk di pinggir salah satu perosotan di halaman belakang, tempat biasanya kami berbaris sebelum masuk ke dalam kelas di tahun 1995.

Samar-samar gue mendengar guru yang sedang mengajarkan doa-doa sehari-hari kepada muridnya, gue coba mengintip, gue nggak mengenali muka guru tersebut.  Tapi suaranya, sangat familiar.  Gue bertanya-tanya, siapa sih... Pernah ajar gue nggak ya, 19 tahun lalu... Tapi gue cuma bisa duduk dan menunggu Hachi main.

Nggak lama kemudian, pintu kelas dibuka. Murid-murid kecil yang lucu-lucu pada keluar kelas, beserta tas di punggungnya, berbaris mengantre untuk baca doa pulang dan cium tangan gurunya.  Gurunya keluar, sempat melihat ke arah gue sebentar, senyum, dan gue juga senyum. Ini Ibu Tuti kah? Gue bertanya-tanya karena mukanya sama sekali berbeda dari yang gue kenali 19 tahun lalu.

Selesai semua anak pulang, gue memberanikan diri bertanya.

"Ibu... Nama ibu siapa?"

Beliau pun menjawab. "Saya? Saya Ibu Tuti..."

Gue kaget.  Gue langsung berdiri dan menghampiri Ibu Tuti, orang yang sama yang pernah mendidik gue 19 tahun lalu.  Itu beliau.

Gue terharu, banget.  Mata gue keluar air.  Gue cium tangannya, dan gue bilang kalau gue adalah muridnya 19 tahun lalu, dan dia bilang dia masih inget banget sama gue dan sudah merasa familiar dengan muka gue semenjak liat gue duduk di depan kelas. Ah ibu.... :')

(DENGAN KATA LAIN MUKA GUE NGGAK JAUH BEDA DENGAN MUKA ANAK UMUR LIMA TAHUN. BANGGA.)
*dan kemudian momen pun rusak*
*oke lanzut*

Badan Bu Tuti.... terlihat kecil.  Pendek.  Lagi-lagi gue rasa memang karena badan gue yang membesar, then everything's look soooo small there. Mukanya menua, tapi, ya, kalau diperhatikan dari dekat dan saksama, masih tersisa garis mukanya seperti dulu, nggak banyak berubah.  

Gue ngobrol dan cerita banyak tentang apa yang udah terjadi di hidup gue selama 19 tahun belakangan ini.  Waktu itu gue sama Ajeng juga, sih.  Jadi kita ngalor-ngidul aja bertiga.  Those days... Oh my God. Nggak berasa udah lewat 19 tahun semenjak gue lulus dari sana. :)

Semoga Ibu Tuti dan semua guru yang pernah mengajar gue, selalu sehat dan selalu dalam lindungan-Nya.

Semoga ilmu yang sudah beliau amalkan kepada ribuan muridnya, menjadi tabungan yang tiada putus untuk di akhirat nanti.  Terimakasih, Bu Guru. :')