Inconsistency
Bicara makanan, gue selalu punya salah satu menu favorit di suatu resto/cafe. Contoh sederhana, Chicken Picatta Waffle-nya Nanny's Pavillon, Curly Chick-nya Ciz n Chic, sampai Internet kejunya warkop di perempatan Serengseng. Kali ini yang mau gue ulas sedikit adalah Cumi Telur Asin-nya D'Cost.
btw ini kenapa bahasa gue selalu jadi serius ya tiap ngomongin kuliner -_-
lanjut.
Pertama kali gue nyobain Cumi Telur Asin ini di D'Cost Permata Hijau, dan gue langsung jatuh cinta pada kunyahan pertama. Potongan cuminya besar-besar, ngga terlalu garing, dan baluran telur asinnya tebal serta wangi mentega. Perfect!! Sejak saat itu, tiap ke D'Cost ngga mungkin gue ngga order itu. Bahkan ngga jarang juga gue cuma order itu tanpa nasi dan tanpa mengorder menu lain.
Singkat cerita gue ke D'Cost Atrium Senen, karena kondisinya waktu itu gue habis hunting text book untuk kuliah dan dalam keadaan yang amat sangat lapar selapar laparnya orang ngga puasa. Gue order Cumi Telur Asin TAPIIIIIII!!! Ketika sampai di meja gue, tampilannya beda boss! Biasanya cumi yang dipakai cuma badannya, tapi ini beserta kaki-kakinya. Ya gue sih suka, cuma beda aja. Dari ngga garing jadi garing. Dan telur asinnya cenderung tipis, malah banyakan daun bawangnya. Tau ngga itu rasanya amat sangat mirip dengan patah hati boi. Sakiiiit. :((
Pelajaran yang bisa diambil dari sini yaitu kalau kita buka usaha kuliner, konsistensi dan standardisasi mesti diperhatikan nih. Ya memang beda orang, beda cara memasak. Tapi ya justru disinilah kegunaan standardisasi dan SOP. Supaya semuanya konsisten. Noted :)
Komentar
Posting Komentar