What I've Been Realized Lately.
Entah kenapa, kegiatan nyuci piring selalu memberikan gue inspirasi dalam berbagai hal. Terutama kontribusi inspirasi gue untuk dituangkan kedalam trashtalk gue di blog ini. *ini kenapa bahasa gue jadi sirius -_-*
Oke.
Jadi gini. Entah kenapa di malem minggu Sabtu malam ini gue ngerasa agak-agak sepi. BUKAN. GUE BUKAN GALAU. Tapi karena bokap gue baru pulang dari luar kota sore ini, dan adek gue si Ucha tepar abis study tour dari sekolahnya. Nyokap lagi dinas (tapi ini udah pulang sik). Dan harapan gue terakhir satu-satunya..... Adek gue si Ajeng, yang ternyata lebih memilih untuk menghabiskan Sabtu malam ini dengan sederetan sinetron di TV (ini serius).
Being with my family, Papa, Mama, Ajeng, Ucha. Is the happiest I could ever be. Apapun yang kami kerjakan, asalkan bersama-sama, selalu menjadi suatu kegiatan yang terlalu sayang untuk tidak dilakukan. Terkadang di weekend seperti ini kami sekeluarga pergi makan keluar, meskipun "hanya" ke rumah makan padang ibu Kacamata di suatu gang kecil di Kramat Jati sana, ataupun sekedar belanja bulanan di supermarket. Ngga ada hal-hal 'wah' yang kami lakukan, ngga ada kegiatan splendid. Tapi kami masih bisa merasakan candaan dan ketawa di mobil di sepanjang perjalan di weekend kami.
Akhir-akhir ini, kami memiliki kegiatan khusus tiap hari Minggu, yaitu gue, Ajeng, dan Ucha secara bergantian memasak menu a la kami masing-masing (Thank mom and granny for the genes ;D ). Dimulai dari nyokap gue yang iseng-iseng membeli durian, dan gue ditantang untuk membuat Pancake Durian dan alhamdulillah pada suka meskipun kulitnya agak ketebelan dikit :p
Sejak saat itu, tantangan untuk gue dari minggu ke minggu makin banyak berdatangan. Puncaknya adalah ketika nyokap gue ngeluarin daging steak dari kantung belanjaan beliau.
"Bikin steak, Kak."
Ooooo.....ke. Challenge accepted! ;)
singkat cerita gue masak segala steak dan sausnya dan jadilah kan. Semua makan, dan....... Habis. (dan setelah itu mereka masih tetep sehat walafiat alhamdulillah.)
![]() |
Judulnya sih "home-made-cooked Sirloin with Mushroom Cheesey Sauce a la chef kakak" :p |
Di minggu-minggu berikutnya sampai sekarang, secara bergantian adek-adek gue masak menu apapun yang mereka suka, jadi tiap hari Minggu itulah kami makan bersama apa-apa aja yang udah dimasak gue dan adek-adek gue.
Nggak perlu selalu steak atau fettuccine. Nyokap gue goreng ikan lele, cumi asin, sayur kangkung, sambel, tahu tempe, lalapan, kerupuk, itu udah a lil piece of heaven banget buat gue. Buat kami sekeluarga. (asli ini gue ngetik sambil ngiler.)
Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu bukan merupakan suatu hal yang splendid kalau melihat seberapa besar biaya yang kami keluarkan. Tapi di balik semua itu,hal kecil seperti ini justru yang membuat kesederhanaan ini terasa begitu mewah. Memang kami bukan dari keluarga yang berada tapi dengan segala keterbatasan yang kami miliki, dengan kesederhanaan pun kami sudah bisa merasakan tawa dan perasaan gembira di tiap akhir minggu kami. Tanpa harus keluar rumah, party, shopping, or eating in a fancy restaurant, we've created our home to more than just a fancy place.
Geret-geret kursi plastik ke halaman rumah Budhe di Purworejo hanya untuk stargazing yang bagi gue jauh lebih mewah dari pesta manapun.
Tiduran di kasur sambil baca buku seharian, yang bagi gue jauh lebih mewah dari sebuah ticket nonton velvet class di Blitz Megaplex.
Beli Nasi Padang pake telor dadar di kolong jembatan dan makan bareng-bareng bocah-bocah di ruang BEM (dulu), daripada ke Senayan City makan di Sushi-Tei lalu balik lagi ke kampus. (eh tapi gue kagak doyan sushi sih~)
Sorak-sorak di Hall A Senayan nonton Garuda atau Satria Muda di weekend gue daripada jalan-jalan sama pacar. (Oke ini sih kamuflase dikit. Jomblo bisa aja ngelesnya. *nangis*)
Bagi gue, sebahagia-bahagianya hidup adalah ketika gue bisa memewahkan sesuatu yang sederhana. :)
Komentar
Posting Komentar